Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Nasdem dan PKB Tak Ingin Menang Pilpres

Gambar
Oleh: Didik L. Pambudi*) Politik Indonesia selalu penuh drama.  Terbaru, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sudah sejak Januari diharapkan Anies Baswedan sebagai cawapresnya, akhirnya ditinggal pergi karena Anies "menikah" dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berbeda dengan AHY yang diajak sejak Januari 2023 tapi tak kunjung dideklarasikan (meski sudah ada ikrar Anies dalam tulisan tangan), pasangan Anies-Imin yang baru dipertemukan 29 Agustus 2023, resmi "menikah" 2 September 2023. Tak sampai sepekan. Kenapa? Saya berpikir, Paloh dan Imin sejatinya tak pernah berambisi untuk memenangkan Anies sebagai presiden. Litbang Kompas yang kredibilitasnya tidak diragukan dalam survei periode 27 Juli-7 Agustus 2023, telah menegaskan tingkat keterpilihan AHY sebagai cawapres mencapai 5,1 persen. Bandingkan dengan Imin yang hanya 0,4 persen.  Tingkat keterpilihan AHY belasan kali lipat lebih tinggi dari Imi

Keputusan dari Tower VS keputusan dari Tengah Rakyat, SP Punya Agenda Nonkebangsaan?

Gambar
Oleh: Julwanri Munthe (Mantan Pengurus Pusat PMKRI & Pengurus Pusat Pemuda Katolik) Saya memprediksi, pihak Partai Nasdem pasti akan memaksa Partai Demokrat untuk menghormati keputusan pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan secara perlahan akan memaksa Anies keluar dari arus perubahan. Bahkan, saya menduga, Surya Paloh (SP) menginginkan bersih dari bau-bau perubahan itu sendiri. Saya lihat, bagi SP yang penting koalisi pendukung Anies harus dibersihkan dari semangat perubahan dan perbaikan. Kalau terkait skema dan peta jalan menang menjadi presiden di 2024, itu bukanlah opsi yang penting baginya. SP terkesan punya agenda sendiri non-kebangsaan, tapi semoga saja tidak. Maka kemungkinannya zat dan kesaktian Anies harus ditawarkan dahulu. Kekuatan Anies itu satu, saat dia di tengah rakyat, saat berada dekat dengan rakyat, saat berada dekat dengan ibunya, sahabatnya para aktivis, guru spritualnya. Maka saat di tempat itu, keputusannya pasti benar, di jalur perubaha