Mengabdi untuk Bangsa dan Negara bersama Demokrat


Agust Jovan Latuconsina., M.Si.(Han)., M.A. (Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Periode 2020-2025)

Agust Jovan Latuconsina lahir di Yogyakarta, 11 Agustus 1979. Alumnus SMA Taruna Nusantara (1997) ini kemudian melanjutkan ke Akademi Militer (2000). Kurang lebih 19 tahun Jovan mengabdikan dirinya di TNI untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa.

Sebagaimana perwira lulusan Akmil Korps Infanteri pada umumnya, Jovan juga menjalani jabatan-jabatan di satuan tempur sebagaimana yang lainnya. Kariernya berawal sebagai Komandan Pleton, Perwira Seksi Operasi dan Komandan Kompi Senapan B di Yonif 132/Bima Sakti Kodam I/Bukit Barisan (2002-2010). Selanjutnya ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Material Satuan, Pusat Kesenjataan Infanteri (2012-2013), dan Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan Akmil (2015-2016).


Di luar dari jabatan-jabatan tersebut, karier militer Jovan terbilang cukup cemerlang diantara kawan-kawan seangkatannya. Pada tahun 2008, ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa), satu tahun mendahului dibandingkan rekan seangkatannya. Dan ini dijalaninya di Fort Benning Amerika Serikat, tempat pendidikan yang dulu juga pernah dijalani oleh Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Pak Prabowo Subianto.

Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan kesempatan untuk mengambil pendidikan S2 di Universitas Pertahanan (2010-2012), dan pada tahun 2014 Jovan juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di Nanjing Army Command College (NACC), di China. Di NACC ini pula Jovan mengambil tambahan materi untuk persyaratan Master Degree, dan ia mampu menyelesaikannya serta mendapatkan gelar Master of Arts (MA). Tidak hanya itu, Jovan juga menyelesaikan pendidikan Seskonya di NACC dengan mendapat predikat lulusan terbaik (Excellent Student).


Usai menjalani pendidikan Sesko di China, ia dipercaya untuk membantu merampungkan revisi Kurikulum Taruna Akmil, sebagai Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan (Kabagrendik). Setelahnya, Jovan ditarik menjadi Kepala Staff Pribadi (Kaspri) Pangkostrad (2016-2017), sebelum akhirnya mendapatkan amanah sebagai Komandan Batalyon Infanteri Raider 323/Buaya Putih, Divisi I Kostrad (2017-2019).

Selama dua tahun menjabat sebagai Komandan Batalyon, Jovan masih menjalani dua tahapan pendidikan militer yang terbilang berat, yakni pendidikan Raider dan Pertempuran Hutan, yang keduanya dijalaninya di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kopassus di Batujajar.

Selain itu ia juga dipercaya memimpin Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG, di Sektor Selatan Papua (2017-2018), dan Komandan Latihan (Danlat) Pertempuran Hutan Divisi I Kostrad di Ciwidey, Jawa Barat (2018).


Sebelum menjabat Danyon, berbagai penugasan lapangan juga pernah dijalani Jovan sebelumnya, seperti Operasi Pengamanan Perbatasan RI-PNG Sektor Utara Papua (2003), Operasi Imbangan Keamanan Aceh (2005), dan Pengamat (observer) latihan puncak "Exercise Hammel" di Australia (2012).

Atas dasar penugasan yang diembannya, Jovan banyak menerima penghargaan negara, yakni Satya Lencana Dharma Nusa, Satya Lencana Gom IX/Raksaka, Satya Lencana Kesetiaan VIII Thn, Satya Lencana Kesetiaan XVI Thn, Satya Lencana Wira Karya, dan juga Satya Lencana Wira Dharma.

Ranah Pengabdian Baru


Pada awal tahun 2019, Jovan memutuskan untuk pensiun dini dari kariernya di dunia militer dan memilih jalur politik sebagai ladang pengabdiannya yang baru. Padahal di waktu yang bersamaan, saat itu Jovan mendapatkan tawaran jabatan menjadi Komandan Kodim (Dandim) di Tarakan, Kalimantan Utara. Tidak ingin mencederai institusi TNI, karena "Reformasi TNI" yang sudah berjalan pasca-reformasi, Jovan menghubungi Mabesad untuk mengakhiri ikatan dinas keprajuritan karena ingin bergabung dalam timses salah satu pasangan Capres-Cawapres di tahun Pemilu 2019 tersebut.

Awalnya, Jovan sempat bergabung di The Yudhoyono Institute sebagai senior researcher. Selanjutnya ia dipercaya sebagai Deputi Operasi di Komando Tugas Bersama (Kogasma), yang dipimpin rekan seangkatannya di Akmil, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dedikasi dan determinasi Jovan baik di dunia militer maupun selama di Kogasma akhirnya dilirik oleh AHY saat telah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.


Ketika Ketum AHY mengumumkan struktur kepengurusan DPP Partai Demokrat periode 2020-2025, Jovan masuk dalam 100 nama jajaran Pengurus Harian, sesuai SK No. 02/SK/DPP.PD/V/2020, sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat.

Kepercayaan Ketum AHY kepada pria berdarah Maluku ini menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi Jovan. Namun di sisi lain, Jovan menyadari penuh, amanah yang dititipkan pada dirinya bukanlah jabatan yang mudah.

"Saya menyadari, saya orang baru di partai politik. Jabatan ini menjadi amanah sekaligus tantangan bagi saya. Dalam pengalaman di dunia militer, amanah dan tugas apa pun yang diberikan, insya Allah akan saya lakukan sebaik-baiknya, yang tidak kita pahami segera kita pelajari," ungkap Jovan optimistis.


Jovan mengatakan, hal fundamental yang membuatnya memutuskan beralih dari dunia kemiliteran ke dunia perpolitikan dikarenakan ia ingin berbuat lebih baik, lebih banyak, lebih besar untuk bisa berbakti dan berpartisipasi untuk masyarakat luas.

Menurutnya, tidak ada yang salah dengan bidang pengabdian sebelumnya. Namun, Jovan mengaku, dalam pengabdian sebelumnya hanya terbatas pada lingkup bidang militer. 

Jovan sangat menyadari, tidak ada satu pun hal di negara ini yang tidak melalui proses politik. Bahkan sampai menentukan harga barang kebutuhan pokok di pasar pun juga melewati proses politik. Untuk itulah, jalur perjuangan di bidang politik ini yang ia pilih sebagai jawaban atas kegelisahannya serta untuk berbuat lebih maksimal lagi bagi bangsa dan NKRI ke depannya.


"Saya menyadari, hidup itu adalah pilihan. Dan saya tetap memilih untuk pensiun dini, karena saya meyakini ada visi dan misi yang lebih besar yang menunggu di luar sana, untuk bangsa dan negara tercinta ini," Jovan memaparkan.

Niatnya untuk turut serta memperbaiki nasib bangsa ini, lebih difokuskan pada pembangunan manusianya, pembangunan Human Capital, masyarakat Indonesia. Itulah sebabnya, bersama-sama dengan AHY dan beberapa rekan lainnya di pengurus inti DPP Partai Demokrat, Jovan melanjutkan studi kembali untuk jenjang S3 (Doktoral) di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Saat ini Jovan telah menyandang gelar kandidat Doktor, di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM).


Jovan tak menampik, dunia baru yang digelutinya ini tak terlepas dari berbagai godaan. Apalagi, jabatan yang diembannya sangat prestisius. Tapi Jovan bersyukur, dukungan dan doa dari keluarga menjadi benteng baginya untuk menghindari berbagai godaan.

"Di dunia politik banyak tantangan dan godaannya. Saya punya prinsip-prinsip dasar yang selalu saya pegang semenjak di dunia militer. Yakinlah, apa pun yang kita kerjakan bukan hanya kita yang tahu, tapi ada dzat yang lebih besar mengawasi kita," Jovan menegaskan.

Yakin Partai Demokrat Kembali Berjaya


Ketum AHY dengan berbagai prestasinya di bidang kemiliteran dan akademik sudah menjadi rahasia umum. Namun, menurut Jovan yang telah mengenal Ketum AHY semenjak di bangku SMA Taruna Nusantara, ada sisi lain dari peraih Adhi Makayasa Akmil ini yang belum banyak diketahui publik.

Menurut Jovan, Ketum AHY merupakan sosok yang humoris, santai tapi sangat serius ketika menjalankan tugas. Dalam mengerjakan segala sesuatunya, Ketum AHY tidak pernah setengah hati. Tidak asal-asalan dan selalu mencari referensi untuk membuka perspektif yang lebih luas.

Selain itu, di mata Jovan, Ketum AHY merupakan pribadi yang kompetitif dan kreatif. Setiap apa yang dikerjakannya, Ketum AHY selalu berharap hal itu akan menjadi sebuah produk, kajian, langgeng, dan bisa dimanfaatkan jangka panjang.


Jovan mencontohkan, ketika Ketum AHY saat masih berdinas di dunia militer, ia merancang seragam Kostrad. Awalnya, desain yang dibuat hanya digunakan untuk jajaran Brigif Linud 17. Namun dalam perjalanannya, desain yang ditawarkan Ketum AHY kala itu, justru saat ini menjadi seragam seluruh prajurit Kostrad.

Tidak hanya dalam hal akademik dan kemiliteran, dalam dunia politik pun Ketum AHY bisa membuktikan semua keraguan yang dialamatkan kepadanya. Buktinya, dalam waktu satu tahun Ketum AHY sukses mendongkrak elektabilitas Partai Demokrat. Jika selama ini Partai Demokrat elektoralnya hanya ditempatkan di papan tengah oleh lembaga survei, di bawah kendali Ketum AHY, beberapa survei justru menempatkan Partai Demokrat di urutan tiga besar.

Naiknya elektabilitas Partai Demokrat di bawah Ketum AHY tentunya bukan tanpa alasan. Dengan mengusung tagline "Muda adalah Kekuatan" Partai Demokrat bertransformasi menjadi partai yang adaptif, gesit, lincah, dan tidak gampang menyerah. 

Hal ini menurut Jovan telah terbukti dari kesolidan Partai Demokrat menghadapi upaya "kudeta" oleh Moeldoko cs lewat KLB ilegal di Deli Serdang.


Menurut Jovan, meskipun secara senioritas dan kepangkatan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko lebih tinggi dari Ketum AHY, tapi hal itu tak menjadi jaminan kalau seseorang itu lebih matang dalam memimpin.

Jovan memiliki keyakinan, dengan semua kompetensi diri yang dimiliki Ketum AHY, Partai Demokrat akan kembali meraih kejayaannya.

Selain memiliki leadership yang matang dan teruji, Ketum AHY menurut Jovan, juga memiliki determinasi yang kuat serta mendapatkan dukungan penuh dari berbagai elemen dan struktur partai dari Sabang hingga Merauke.***

(sumber: wawancara tertulis dan Demokrat Newsletter)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani