Muhammad Lokot Nasution (Ketua Partai Demokrat Sumut)


DARI BIROKRASI KE POLITIK 

Muhammad Lokot Nasution adalah putra kelahiran Kota Medan tepatnya di Jalan Prof HM Yamin. Pendidikan SD hingga SMA juga ditempuhnya di Kota Medan.

Lokot Nasution merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Almarhum ayahnya adalah seorang pedagang konvensional. Bahkan hingga saat ini adik dari sang ayah masih tetap berdagang di Pasar Sambu Kota Medan.

Setelah lulus dari SMA Negeri 3 Medan, tahun 1997, demi mengubah nasib dan mencari wawasan, Lokot Nasution merantau untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.

Di kota pelajar itu Lokot Nasution sempat kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) dan  Universitas Gajah Mada (UGM). Sayangnya ia gagal menyelesaikan pendidikannya karena krisis ekonomi saat itu. Ayah Lokot Nasution yang berdagang barang impor (sepatu, ikat pinggang, ambal dan lain-lain) terkena imbas krisis ekonomi yang terjadi di seluruh dunia sejak 1997.

Begitupun, selama Lokot Nasution dalam perantauan di Pulau Jawa, sang ayah tak pernah menceritakan kesulitan perekonomian keluarga di kampung halaman kepada Lokot.


Sang ayah tak pernah menyampaikan kesulitan perekonomian mereka karena berharap Lokot Nasution bisa konsentrasi menempuh pendidikannya. Ayahnya memendam harapan besar, Lokot segera menyelesaikan kuliahnya dan, sebagai anak sulung, menjadi tulang punggung bagi adik-adiknya.

Namun, di tahun 2000, Lokot Nasution akhirnya mengetahui bahwa kondisi perekonomian keluarganya sudah sulit. Mengetahui kenyataan itu, Lokot Nasution mencoba mencari jalan untuk dapat bertahan hidup agar tak berharap biaya kepada keluarga lagi.

Ia kemudian masuk ke sekolah transportasi darat, Balai Diklat Lalu Lintas Angkutan Jalan, Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) di Bekasi.

Sebenarnya, Lokot Nasution bercita-cita menjadi perwira TNI melalui jalur Akabri (sekarang Akmil). Ia bahkan sempat mencoba masuk Akabri, tapi kalah. Pada zaman itu, di tahun 1997, sangat banyak pelajar SMA menginginkan untuk sekolah Akabri. Sehingga persaingannya memang luar biasa ketat.

Setelah tamat dari STTD, berdasar ikatan dinas, Lokot dapat penempatan dinas di Tanjung Balai selama 1 tahun 5 bulan. Ia resmi menjadi pegawai birokrasi di Kemenhub (Kementerian Perhubungan).


“Penempatan di Tanjung Balai waktu itu zaman Wali Kota dr. H. Sutrisno Hadi, Sp. OG tahun 2003 akhir sampai 2005. Nikah, lalu balik ke pusat di Direktorat Jenderal Perkeretapian. Kumpul dengan keluarga dari tahun 2005 sampai hari ini. Sebenarnya alamat saya masih di Jakarta karena memang anak-anak sekolah di sana,” ujar Lokot Nasution, tak lama setelah dilantik sebagai Ketua Partai Demokrat Sumut, 22 Mei 2022.

Lokot Nasution menikah dengan Evy Wahyuni Puspa Sari Wibowo. Mereka dikarunia tiga buah hati. Anak pertama bernama Nailan Adzima Nasution yang kini kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).  Anak kedua Tarihk Jihan Nasution, dan anak bungsunya diberi nama Aiman Maliki Nasution.

Lokot mengaku, ia tak menyangka akan terjun ke dunia politik usai tamat STTD dan sempat menyambung pendidikan ke Teknik Sipil di Budi Utomo Jakarta.

Awalnya, ia berkumpul bersama temannya di kediaman Dr. Ir. H. Muhammad Hatta Rajasa,  saat itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia yang menjabat dari 22 Oktober 2009 hingga 13 Mei 2014 dan sempat menjadi Ketua Umum PAN (Partai Amanat Nasional).

“Jadi, zaman Pemerintahan Pak SBY, banyak anak muda berkumpul di tempat Pak Hatta Rajasa. Pada waktu itu Pak Hatta, Ketua Umum PAN, menawarkan, kalau kalian mau kalian bisa menjadi birokrat, atau mau jadi politisi,” Lokot Nasution mengisahkan.


Meskipun perlakuan Hatta sangat baik kepadanya tetapi Lokot Nasution belum tertarik terjun ke dunia politik.

Orang yang paling memengaruhi Lokot hingga akhirnya memilih Partai Demokrat adalah para sahabatnya, antara lain, Muryanto Amin (saat ini Rektor USU) dan Arifin Nasution (saat ini menjabat Pembantu Rektor I USU). Keduanya adalah sahabat Lokot sejak SMA.

Ketika Lokot Nasution akhirnya terjun ke dunia politik dengan menjadi kader Partai Demokrat, ia mencari penghasilan dengan berwirausaha. Dari hasil menabung selama di birokasi, Lokot berhasil membangun perusahaan nikel, restoran di Jakarta dan Sidoarjo, serta membangun RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) Asiva di Bandar Lampung.

Menjadi Ketua Partai Demokrat Sumut


Seiring berjalan waktu, Lokot memikirkan pentingnya menyelami perpolitikan demi kemaslahatan masyarakat melalui sistem demokrasi yang baik.

Karena kesungguhannya, Lokot dipercaya langsung penggagas pendirian Partai Demokrat, Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Wakil Bendahara Umum (Wabendum) DPP Partai Demokrat periode 2020-2025. Atas kepercayaan tersebut, Lokot Nasution menerima dukungan penuh dari ibu, keluarga dan teman-temannya.

Saat itu juga, Lokot merasa perpolitikan ternyata tidak serumit yang dipikirkan sebelumnya.

“Bismillah aja kan,” ujarnya.


Kemudian, Lokot berpikir, bagaimana agar Partai Demokrat bisa maju dan lebih baik. Ia memilih untuk terjun langsung agar ada perubahan. Ia kemudian mendatarkan diri sebagai Calon Ketua DPD Partai Demokrat Sumut. Ternyata keputusannya tepat. Ia terpilih sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumut.

Muhammad Lokot Nasution, dilantik pada 12 Mei 2022 menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Sumut 2022-2027. Ia meninggalkan jabatan sebelumnya, Wabendum DPP Partai Demokrat.

Saat ini, Lokot menegaskan, semua DPC terus menjalin komunikasi dengan dirinya.

Menurut Lokot, tugas Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat se-Sumut sama seperti tugas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumut. DPC menjadi pengendali dan bertanggung jawab terhadap perkembangan Partai Demokrat maupun perpolitikan di tingkat cabang (kabupaten atau kota). DPD  di tingkat provinsi.


Lokot Nasution juga memuji para kader di DPC Partai Demokrat se-Sumut.

“Andal-andal mereka. Senior-senior juga. Kemampuannya ada. Rasanya dengan apa yang ada pada hari ini, terkait politik dan ekonomi, serta semua, mohon maaf, pengelola negara seperti ini, sepertinya orang pengen kembali ke zaman Pak SBY. Tapi kan Pak SBY udah gak mau lagi. Tapi warisan Pak SBY itu ada di kita. Partai Demokrat itu yang kita tawarkan dengan tambahan. Jadi Partai Demokrat ini menawarkan SBY plus, yaitu AHY. Ada kemudaan di situ, kreatif, keberanian dan lain-lain,” Lokot Nasution memaparkan.

Lokot menjelaskan bahwa, Partai Demokrat selalu mengingat kata-kata dari SBY untuk program pembangunannya saat memimpin Indonesia yakni 4 pro.


Adapun 4 pro yang dimaksud yaitu, pro-growth (pro pertumbuhan ekonomi), pro-job (pro pembukaan lapangan kerja), pro-poor (pro pemberantasan kemiskinan), dan pro-enviroment (pro menjaga lingkungan).

“Belum lagi yang lainnya. Kalau kita kerjakan, rasa-rasanya amanlah. Membangun dengan hati, lingkungannya damai, lapangan pekerjaan terbuka luas, orang miskin diurus benar-benar...,” Lokot menyampaikan.

Politik adalah Jalan Menghadirkan Kebaikan


Bagi Lokot Nasution, kata "politik" adalah instrumen, jalan, atau cara untuk menghadirkan kebaikan di mana pun atau apa pun tujuannya.

“Ini jalan untuk menghadirkan kebaikan. Apa pun yang terjadi hari ini, bukan hanya prestasi, tapi masalah juga, itu lahir dari putusan politik,” ujarnya.

Lokot mengatakan, Partai Demokrat telah menciptakan sikap politik yang bersahabat, sejuk dan menghindari politik identitas. Sikap politik itu dibangun agar masyarakat bisa dengan hati dan pikirannya menentukan pilihan tidak berdasarkan agama, etnis, dan lain-lain.

Itu sebabnya saat awal ditetapkan sebagai Ketua Partai Demokrat Sumut, Lokot Nasution segera melakukan pendekatan kepada seluruh komponen masyarakat lewat program yang diberi nama "Silahturahmi 360 Derajat".

Silaturahmi tersebut dilakukan agar seluruh komponen masyarakat mengetahui dan memahami apa saja saran dan harapan Partai Demokrat Sumut untuk kesejahteraan masyarakat di provinsi tersebut.

Pesan untuk Generasi Milenial dan Generasi Z


Menurut Lokot Nasution, sudah waktunya Generasi  Milenial atau Generasi Y (kelahiran tahun 1981-1995) dan Generasi Z (kelahiran tahun 1996-2012) ikut berpolitik, memahami perpolitikan.

Tentu tidak harus berpolitik praktis dan tidak harus jadi anggota partai, pengurus partai, jadi anggota legislatif, atau calon legislatif. Tapi jangan sampai Generasi Milenial dan Generasi Z buta pada politik.

“Mau main gadget ya silakan, siapa yang larang. Main musik, bagus. Mau olahraga, luar biasa. Tapi tolong sisakan satu ruang di kepala dan hati Kaum Milenial (dan Generasi Z) untuk mengikuti politik atau berperan serta dalam politik di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Supaya ke depan nanti, pada waktu kita mewariskan perjalanan politik bangsa ini kepada generasi berikutnya, mereka sudah paham dan bisa menghadirkan pemikiran-pemikiran baru, solusi-solusi untuk menghadirkan politik yang baik,” Lokot Nasution mengingatkan.

Politik, bagi Lokot Nasution, adalah instrumen, tujuan atau jalan. Maka, jikalau jalan ini tidak dipahami bagaimana mau sampai ke tujuan. Dan sebaliknya, jika politik dimengerti, pasti paham jalan yang ditempuh.

“Saran kepada Generasi Milenial dan Generasi Z, berpolitik tidak harus jadi anggota Demokrat, dan anggota partai lainnya. Hanya, pahami betul dan lakukan sesuatu. Kalau ada keputusan politik apalagi yang menyangkut hajat hidup orang banyak lalu dilaksanakan, atau ada keputusan dari pemimpin di negara ini, siapa pun termasuk saya sendiri juga, kalau suatu hari mengeluarkan keputusan atau kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, diprotes. Ngomong. Atau, kalau gak bisa ngomong, ya jempol mainkanlah (di gadget). Jangan diam yang penting,”  Lokot menyampaikan.


Kalau hanya menyampaikan sesuatu yang hak; melawan yang batil lalu ditangkap, Lokot menegaskan, ia siap memasang badan. Para kader Partai Demokrat siap mendampingi bahkan di penjara sekalipun.

Alasan terkuat  Lokot Nasution terjun di dunia politik adalah takdir untuk sebuah perubahan dan perbaikan.

“Kusampaikan kenapa ini takdir. Bukan berarti aku ini berani kali, enggak, tapi kalau sesuatu yang hak, siapa pun kuhadapi,” ujarnya.

Lokot Nasution menegaskan kombinasi antara milenial dan senior penting.

"Kalau kata Mas AHY kan, 'muda adalah kekuatan'. Tapi pengalaman gak bisa digantikan dengan kemudaan,” ujar Lokot Nasution.

(IDNTimes dan Antara)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani