Ahmad Dhani di Mata Saya (yang Berultah Sama)


Saya merasa punya kedekatan tersendiri dengan Ahmad Dhani Prasetyo atau dulunya bernama Dhani Ahmad Prasetyo.

Ada waktu saya berimajinasi, kami membentuk grup diberi nama "Duo De" membedakan dengan "2D" yang beranggota Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun.

Perasaan kedekatan itu bukan karena saya dan Dhani bersahabat. Bahkan saya dan Dhani tidak pernah saling bincang meski saya adalah Wakil Sekjen Vokalis Rock Indonesia, organisasi yang, antara lain, didirikan Ecky Lamoh, Benny Subardja, serta banyak musisi senior lainnya. Padahal Once Mekel dan Judika Sihotang (dua vokalis band yang didirikan Dhani) adalah anggota VRI.

Perasaan kedekatan itu, semata karena saya dan Dhani lahir pada tanggal, bulan, tahun yang sama: 26 Mei 1972. Saya mungkin lebih tua karena saya lahir sekitar jam 1 dini hari.

Rasa dekat itu makin terasa karena saya pun penulis lagu, seperti Dhani. Bedanya Dhani menulis lagu, membuat nada, mengaransemen, memanajeri, memproduksi, kerap menyanyikan karya-karyanya. Sementara saya hanya menulis lirik, membuat nada, menyanyikan dan memproduksi karya-karya saya. Saya tidak pernah mengaransemen karya sendiri karena saya sesungguhnya tidak menguasai satu pun instrumen musik. Saya hanya mampu bermain gitar alakadar, yang sejak awal memang saya lakukan hanya agar saya bisa membuat lagu.

Saya mengenal Dhani sejak album pertamanya.

Sore di Kampus Sastra Universitas Sumatera Utara (USU), sekitar awal 1993, saya masih mahasiswa angkatan 1991 di Sastra Indonesia, Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) USU. Seorang senior bertanya ke saya, apakah sudah mendengar lagu Kangen karya Dewa. 

"Sudah," saya menjawab sembari bertanya dalam hati, apa masalahnya?

"Narsis kali liriknya," kata sang senior.

Saya mengangguk-angguk membenarkan.

Lirik lagu Kangen memang terasa jauh dari kebiasaan lelaki masa itu. Jika dalam banyak lirik lagu, lelakilah yang sangat berambisi mengejar gadisnya maka lirik di lagu Kangen berisi sebaliknya.

Simak awal bait pertamanya:

Kuterima suratmu, telah kubaca dan aku mengerti

Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku

Di dalam hari-harimu, bersama lagi...

Wow. Percaya diri sekali si penulis lagu. Memastikan bahwa si gadis pujaan begitu mencintainya.

Sebenarnya tidak ada masalah. Hanya kultural yang berkembang di Medan saat itu, langka sekali seorang lelaki mendeklarasikan besarnya rasa cinta kekasihya ke muka umum. Kebiasaan yang ada, lelakilah yang secara terang benderang mengungkapkan perasaannya.

Belakangan, saya tahu, pengarang lagu tersebut adalah Dhani.

Saya menyukai lagu-lagu Dewa. Beberapa albumnya saya beli.

Saya di kampus beraktivitas sebagai pekerja teater dan sesekali menulis puisi. Di teater pun saya lebih tertarik kepada penulisan naskah dan penyutradaraan, bukan aktor. 

Pergaulan saya dengan para mahasiswa yang bermain band atau kuliah di jurusan Etnomusikologi USU, di pertengahan 1990an, membuat saya pelan-pelan bisa merangkai nada. Lantaran tidak mungkin lagi menjadi musisi instrumental, maka saya hanya belajar bagaimana caranya sekadar bisa memainkan gitar. Guna memudahkan menyanyikan banyak lagu tanpa harus menghafal chord standar sebuah lagu (yang jangkauan vocalnya bisa jauh di atas saya) maka saya pun belajar sedikit progresi chord. Kemampuan alakadar itu ternyata membuat saya bisa merangkai nada. Saya pun mulai belajar membuat lagu.

September 1999, di kediaman orangtua, di Semarang, saya mengarang 20 lagu dalam masa dua pekan. Kemampuan itu semakin membuat saya merasa memiliki talenta sama dengan Dhani.

Di kurun 1992 hingga 1999, Dhani telah semakin berkembang. Saat itu, Dewa telah menjadi satu band terbaik tanah air. Telah menelurkan lima album. Setahun kemudian, album Bintang Lima lahir. Dewa membawa vokalis baru, Once Mekel. Album itu menjadi satu album terlaris di Indonesia. Terjual sedikitnya 2 juta copy. Jika menghitung bajakannya, diperkirakan lebih 9 juta copy.

Di masa itu pula, Dhani menggegerkan musik Indonesia. Ia mendirikan Ahmad Band yang melahirkan album Ideologi, Sikap, Otak (ISO) dengan beberapa hits fenomenal seperti Distorsi, Aku Cinta Kau dan Dia, Bidadari di Kesunyian... 

Dhani menyanyikan seluruh lagu di album tersebut dan sukses besar.

Karya-karya Dhani di ISO jauh berbeda dengan karya-karyanya di Dewa. 

Lagu-lagu yang umumnya bernada keras dan cepat itu memang sungguh menggambarkan ideologi, sikap, dan cara berpikir Ahmad Dhani.

Simak lagunya "Distorsi" yang bermakna pemutarbalikan fakta. 

Dhani bertanya, bagaimana mau memberantas kemiskinan jika yang ditugaskan memberantas malah menguras uang rakyat? Bagaimana protes para generasi muda tentang ketidaksejahteraan didengarkan jika mereka malah mabuk-mabukan? 

Lagu lainnya berjudul "Ode Buat Extrimist" menunjukkan bagaimana Dhani menertawakan para orang fanatik yang menjadi boneka para politisi. Korban dari para fanatikus yang berjatuhan tak melahirkan kebaikan apa pun.

Namanya Dhani, tentu ia tetap menyeleneh. Lagu hasil garapan bareng Bebi Romeo "Aku Cinta Kau dan Dia", misalnya.

Dhani, saya yakini terilhami sebait lagu "Layu Sebelum Berkembang" yang dipopulerkan Tetty Kadi.

Lirik awal yang berbunyi "Hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya" diubah Dhani dengan jenius jadi "Hancur hatiku, mengenang dikau. Menjadi keping-keping setelah kau pergi".

1999-2010, saya bekerja sebagai wartawan di Medan hingga Jakarta.  Saya tidak begitu mengikuti perkembangan musik Indonesia. Begitupun sesekali saya masih menulis lagu. 

Dhani sebaliknya. Ia makin berkibar. Seperti Midas, apa pun yang disentuh menjadi emas. Lagu apa pun dituliskannya menuai sukses. Ia juga membuat beberapa grup atau band mulai dari Ratu, TRIAD, Dewi-Dewi, Mahadewi. Semuanya terbilang sukses. Ia juga ikut menyukseskan banyak penyanyi ternama semisal Reza Artamevia, Agnes Monica, Dewi Persik dan tentu Mulan Jameela.

Saya memandang keberhasilan Dhani, terutama, karena ia sangat menguasai nada dan kata dalam sebuah lagu.

Ia juga sangat berpengalaman mengelola seni pertunjukan. Apa yang ditampilkan Dhani di panggung, kerap menyihir para penontonnya.

Sekitar pertengahan 2010, saya masuk ke dunia politik. Saya menangani media internal Partai Demokrat. Pernah dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Demokrat 2014-2015. Saya akhirnya mundur dari media internal Demokrat awal Desember 2021.

Dhani pun terlihat mulai aktif berpolitik. Sesuatu yang memang ia geluti sejak awal reformasi dengan menjadi kader Partai Kebangkitan Bangsa.

Di 2017, Dhani maju sebagai Calon Wakil Bupati Bekasi. Demokrat ikut mengusungnya. Ia gagal. Hanya berada di posisi kedua.

Saya saat itu merasa heran dengan pilihan Dhani. Kepopulerannya sebagai artis dan kekayaannya tak membuat ia puas. Ia mencoba bertarung di dunia politik hanya sebagai calon wakil bupati; ban serep.

Juni 2019, Dhani divonis setahun penjara karena ujaran kebencian.

Saya, saat itu, menolak keras tuntutan terhadap Dhani. Bagi saya, tuduhan yang dilontarkan pada Dhani terasa berlebihan. Dhani mengumpat karena merasa jiwanya terancam. Itu reaksi dari sebuah aksi. Tetapi apa pun, hukum memutuskannya bersalah. Ia pun menjalani takdirnya.

Lantaran dipenjara, Dhani tak bisa aktif berkampanye. Meski memperoleh lebih 40 ribu suara, Dhani tetap gagal lolos ke DPR-RI mewakili konstituen Gerinda di daerah pemilihan Kota Surabaya; Kabupaten Sidoarjo.

Selepas dari penjara, Dhani kembali aktif bermusik dan berpolitik.

Ia menoreh sejarah dengan tinta emas ketika ikut menggelar konser bertajuk "Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19", di Jakarta International Stadium (JIS), 6 Februari 2023. Konser itu dihadiri sedikitnya 70an ribu penonton berbayar. Satu yang terbesar di negara ini.

Dhani juga kembali maju sebagai caleg untuk DPR-RI dari parpol dan dapil senada dengan Pemilu 2019.

Saya yang tak lagi berpolitik praktis dan malah tengah menekuni pembuatan album berisikan 10 lagu tentu berharap "kembaran" saya itu sukses.

Selamat ulang tahun, Bung Ahmad Dhani. Panjang umur. Sehat, bahagialah selalu.***

(Didik L. Pambudi)

Foto: IG Ahmad Dhani 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani