Memahami Lukisan Pak SBY: No Justice, No Peace


Oleh: Willem Wandik S. Sos. (Anggota DPR-RI Dapil Papua; Wakil Ketua Umum Partai Demokrat; Plt. Ketua Partai Demokrat Provinsi Papua)

Abstraksi lukisan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai pemimpin yang pernah menjadi orang nomor satu di republik ini, menjadi sebuah karya yang sangat berharga. 

Lukisan ini menjadi bagian dari refleksi pengalaman/experience beliau melihat "keadilan" dari sudut pandang seorang pemimpin.

Lukisan ini juga menjadi semacam pertanda, telah terusiknya keadilan dalam kehidupan bernegara di Indonesia.

Apa yang telah dirasakan oleh Bapak SBY, Presiden RI ke-6, ketika partai yang menjadi asuhannya untuk merawat demokrasi, justru berusaha untuk dihancurkan eksistensinya, bahkan hendak dirampok oleh tangan-tangan kekuasaan yang bercokol di balik Istana Negara, di mana beliau sendiri pernah menjadi penguasa istana.

Bahkan penguasa yang di hari ini menggantikannya, mendapatkan karpet merah, tanpa beliau sendiri "ikut cawe-cawe" mempengaruhi elektoral demokrasi pada Pemilu 2014 silam. 

Dan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang bercokol di balik istana, hari ini? Seluruh kebaikan itu dibayar lunas dengan "pengkhianatan", kesombongan, agresi yang tidak bermoral".

Lukisan ini sesungguhnya, pernyataan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan sekadar "orasi di panggung politik". Sebab sebuah karya lukis akan abadi selama-lamanya. Pesan moral yang disampaikannya akan menjadi penanda zaman "2023, no peace; no justice" dan menjadi warisan bagi generasi Indonesia di hari ini dan di masa mendatang.

Lukisan tersebut juga mecerminkan kondisi bangsa saat ini. Presiden ke-6 RI seperti ingin mengutarakan kegelisahan beliau tentang situasi bangsa, saat keadilan tidak lagi menjadi hak setiap kebenaran namun telah menjadi milik suatu golongan tertentu.

Istilah "No Justice, No Peace" merupakan sebuah slogan yang bermakna tidak akan ada kedamaian jika tidak ada keadilan.

Melalui lukisan tersebut, Bapak SBY mengajak seluruh pihak untuk terus memperjuangkan keadilan rakyat tanpa membeda-bedakan golongan atau pihak tertentu.

Sebab, menegakkan keadilan akan menciptakan situasi kondusif. Sebaliknya, jika keadilan tidak dapat lagi ditegakkan maka tidak akan ada kedamaian. 

Keadilan ekonomi, sosial, politik, dan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia adalah kunci utama bagi pemegang kekuasaan dalam mewujudkan situasi yang kondusif di tengah kegaduhan saat ini.

Wa Wa,Tabe, Tabea, Matur Nuwun, Horas, Ya'ahowu

(Salam Representasi Nusantara)

Foto: Istimewa 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani