Cara Cerdas dan Berani Prabowo Tangani Indonesia Defisit


Oleh: Willem Wandik, S. Sos.

Menghadapi ketidakpastian perekonomian global, Indonesia mengalami masalah yang sama dengan negara negara G20 lainnya, termasuk masalah yang sedang dihadapi oleh raksasa ekonomi "Asia" China yang mengalami kesulitan untuk mendobrak pangsa pasar ekspornya (prediksi pertumbuhan China dipatok hanya 4,5% di tahun 2025), dikarenakan terjadinya restriksi (pembatasan produksi) di sejumlah negara maju (katakanlah Uni Eropa dan Amerika Serikat). Selain itu, pertumbuhan ekspor yang melambat juga dipicu dengan menurunnya "demand" global terhadap sejumlah basis produksi manufaktur di China.


Indonesia sendiri mengalami hal yang menakutkan pada satu tahun terakhir, dimana sebelumnya pada interval quartal ke-3 tahun 2021, current account (neraca transaksi berjalan) Indonesia masih mengalami surplus di angka 5,02 Miliar USD. Kemudian perolehan surplus current account ini secara fluktuatif mengalami proses naik turun hingga pada quartal pertama tahun 2023 kemarin (data current account Indonesia: Q3/2021: 5,02 Miliar USD, Q4/2021: 1,51 Miliar USD, Q1/2022: 724 Juta USD, Q2/2022: 4,28 Miliar USD, Q3/2022: 4,71 Miliar USS, Q4/2022: 3,53 Miliar USD, Q1/2023: 2,77 Miliar USS).


Namun trend pertumbuhan current account Indonesia mengalami pertumbuhan negatif sejak memasuki Q2 tahun 2023 hingga laporan pada quartal pertama di tahun 2024 ini. Dimana sejak Q2 tahun 2023 nilai current account Indonesia tumbuh negatif di angka negatif (-2,36 miliar USD). Secara berturut turut pencapaian negatif current account Indonesia sampai pada quartal pertama tahun 2024, dapat dilihat pada data berikut ini: Q3/2023 negatif (-1,17 Miliar USD, Q4/2023 negatif (-1,12 Miliar USD), dan Q1/2024 tumbuh negatif sebesar -2,16 Miliar USD).


Pertumbuhan current account Indonesia yang negatif secara data justru disumbang oleh angka importir Indonesia yang terbilang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang ditunjukkan oleh angka import Indonesia dibandingkan tahun sebelumnya (baca: 2023), menunjukkan peningkatan pertumbuhan import yang mencapai 7,58% (nilainya sebesar 18,45 Miliar USD pada bulan Juni 2024).


Setelah membedah struktur beban import Indonesia di Tahun 2024 ini, ternyata diperoleh data bahwa peningkatan ini juga dikontribusikan oleh nilai import migas sebesar 3,27 Miliar USD (Terdiri dari 67,48% nya adalah dikontribusikan oleh minyak mentah, dan 38,35% lainnya dikontribusikan oleh produk minyak lainnya). 


Sebagai catatan kaki lainnya, yang perlu pula dibedah selanjutnya adalah nilai import sektor non migas sejatinya terbilang sangat tinggi, yaitu berada di angka 15,18 Miliar USD pada laporan Juni 2024 kemarin (mengapa? dan bagaimana cara menanggulanginya?).


Terkait fakta data di atas, terlihat jelas besarnya angka ketergantungan Indonesia terhadap beban import minyak mentah dan juga turunan produk minyak lainnya. Hal ini, telah mendorong upaya inovasi yang nantinya akan dipimpin langsung oleh presidensi Prabowo-Gibran untuk menurunkan angka importasi yang membebani current account Indonesia, dan juga ikut membebani "spending mandatory" Pemerintah Pusat dalam rancangan APBN negara setiap tahunnya. 


Dimana untuk menangani defisit pembiayaan yang dihadapi oleh Indonesia setiap tahunnya, beban terhadap import BBM (fuel oil) tersebut harus menjadi upaya fokus "penanggulangan" Pemerintahan yang akan baru terbentuk dibulan Oktober mendatang, dengan penyiapan strategi diversifikasi "bahan bakar alternatif/renewable fuels " yang bersumber dari minyak fosil menuju pemanfaatan bahan bakar nabati yang bersumber dari kekuatan produksi di dalam negeri. Terutama mendorong percepatan konversi BBM jenis solar dari bahan baku minyak sawit (memanfaatkan keuntungan produksi CPO yang terbilang melimpah di Indonesia), dan konversi BBM premium dari hasil olahan bioetanol (berasal dari bahan baku nabati etanol; seperti tebu, kentang, singkong hingga jagung).


Baik itu gerakan nasional yang digagas oleh Mr. Prabowo untuk menyediakan konsumsi gizi gratis kepada jutaan anak-anak sekolah di Indonesia (menjadi variabel komplementer terhadap 4 ribu triliun konsumsi rumah tangga Indonesia), dan juga pikiran cemerlang seorang Mr. Prabowo yang mendorong percepatan pemanfaatan "bahan bakar alternatif/Renewable fuels" ke dalam rencana jangka panjang solusi masa depan ketahanan ekonomi Indonesia, patut mendapatkan apresiasi dan dukungan moril dari seluruh anak bangsa yang mencintai negeri ini, dan mendorong Indonesia untuk mendobrak keterbatasan kemampuan pengelolaan fiskal yang selama ini, cenderung berjalan dengan upaya konvensional.


Negeri ini membutuhkan sosok pemimpin yang berani membuat "decision" strategis, dan tidak takut dengan upaya segelintir oligarki yang berusaha mengontrol transaksi import minyak, yang secara nyata justru terlihat ikut melemahkan kemampuan fiskal Indonesia dalam jangka panjang.


Horas, Maturnuwun, Wa Wa Wa..

Hormat Kami, 

Willem Wandik S.Sos 

(Dewan Pakar Paguyuban TKN Prabowo Gibran, Ketua MPO DPP GAMKI, Waketum DPP PD)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani