Perayaan Hari Kemerdekaan 2024: IKN Menjadi Simbol Indonesia Baru


Oleh: Willem Wandik S.Sos (Dewan Pakar Paguyuban TKN Prabowo-Gibran, Ketua MPO DPP GAMKI, Anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrat)

Mengapa harus merayakan hari kemerdekaan di Ibu Kota IKN? Bukankah pembangunan IKN belum sepenuhnya rampung? 

Itulah sejumlah pertanyaan bernada kritisisme, yang menilai IKN belumlah layak untuk dijadikan arena perayaan hari kemerdekaan Indonesia di Tahun 2024 ini.

Namun, terlepas dari pertanyaan mekanis seperti di atas, makna terpenting dari upaya Presiden Jokowi memulai perayaan hari kemerdekaan di Ibu Kota IKN adalah sebagai wujud dari keberanian legacy kepemimpinan nasional Indonesia (membangun kembali mental bangsa) yang berani keluar dari cangkang "kuli nation to developed nation) dengan keberanian yang "idem" berdasarkan catatan sejarah para pemimpin nasional di awal kemerdekaan, dengan peristiwa heroik deklarasi "independence day" di tanggal 17 Agustus 1945, yang berada pada kondisi genting penyerahan kekalahan perang Jepang dan membuat Indonesia berada pada posisi yang tidak diuntungkan, kembali menjadi wilayah rampasan perang oleh pihak sekutu, namun berubah menjadi bangsa yang merdeka berkat keberanian para pemimpin nasional mengambil momentum penting.

Momentum 2024, merupakan rangkaian perhitungan "mundur" 21 tahun usia Republik ke depannya, dimana Indonesia menuju usia emasnya di tahun 2045. Seorang anak bangsa bernama Jokowi yang juga menjadi pemimpin republik pada masa kini, telah menerobos "to break out" mentalitas bangsa terjajah "inferiority", rasa tidak percaya diri, paradigma bangsa lain lebih kuat dan mampu daripada bangsa sendiri, dengan memulai mega proyek monumental, yaitu dengan memutuskan untuk memulai pembangunan pusat pemerintahan baru di Ibu Kota IKN sejak 2022 silam (berada pada puncak masa pandemi), dan takdir Tuhan cukup unik, dengan mengizinkan para pemimpin nasional pada masa kini untuk merayakan peringatan hari kemerdekaan Indonesia di tahun 2024, untuk pertamakalinya di ibu Kota IKN.

Segala "effort" yang dilakukan oleh pemimpin nasional di hari ini untuk sekadar menghadirkan "kelayakan" dalam perayaan hari kemerdekaan di IKN, tidaklah sebanding dengan "kesulitan" dalam upaya para pendahulu republik menyiapkan deklarasi hari kemerdekaan Indonesia, yang berada dibawah ancaman invasi dan todongan senjata, yang diprakarsai oleh negara yang lebih maju dan kuat secara ekonomi-militer pada masanya.

Dari masa ke masa, yang dimulai dari era presidensi pertama, hingga ke era Presiden Jokowi serta tidak lama lagi menjelang bulan Oktober mendatang, era presidensi baru yang akan datang di tangan Presiden Prabowo, yang mana setiap pemimpin republik selalu dihadapkan pada masalah klasik "berpusatnya pertumbuhan ekonomi" di satu pulau saja. Kondisi demikian, telah lama menjadi "episentrum" kesenjangan spasial kewilayahan yang ikut membebani pembangunan nasional (keniscayaan terhadap ketimpangan).

Di era Presiden Jokowi, wacana tentang Indonesia Sentris, tidak lagi menjadi wacana "dialektika" semata, melainkan telah "maujud" ke dalam realisme "matter" yang nyata, sehingga para profesor "kalangan akademisi" tidak hanya disuguhkan pada perdebatan wacana dan berbagai alternatif kebijakan semata (aspek kebijakan untuk dinilai), namun lebih dari itu, visi Indonesia Sentris tersebut dieksekusi secara nyata dan berani, ke dalam bentuk pemindahan Ibu Kota Pemerintahan Negara ke bagian sentral dari gugusan kepulauan Indonesia di Kalimantan.

Dalam pidato kenegaraan Presiden Jokowi di Gedung DPR-MPR RI pada tanggal 16 Agustus 2024, menyampaikan pesan haru "permintaan maaf" kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan segala kekurangan yang dimiliki, termasuk dapat ditafsirkan pula terhadap belum tuntasnya pembangunan di Ibu Kota IKN, namun, penyampaian ucapan permintaan maaf tersebut, sangat jarang kita dengarkan lahir dari pemimpin nasional di Indonesia. Yang mana sebagai orang Indonesia, kita tentunya menyadari betul ada banyak "barrier ego" yang membuat sedikit dari kalangan para pemimpin elit nasional, yang mau mengucapkan permohonan maaf kepada rakyatnya sendiri.

Ucapan permintaan maaf seorang presiden menjelang hari perayaan kemerdekaan republik ini di Ibu Kota IKN, dapat diimajinasikan ke dalam bentuk pandangan yang konstruktif, dimana kehadiran IKN diharapkan menjadi momentum "perubahan besar" yang dimulai sejak pembangunan ibu kota baru diinisiasi pada tahun 2022 dan diharapkan akan mencapai masa kegemilangannya di tahun 2045 mendatang (Indonesia Emas). Kehadiran IKN juga dapat diimajinasikan sebagai "keberlanjutan" legacy pembangunan dari era Jokowi ke era Prabowo, dalam hal IKN dikenal dengan julukan "smart forest city", yang menandai era dimana Pusat pemerintahan baru republik ini, akan dijalankan di atas gagasan baru/fundamental baru/terlepas dari warisan kolonial dengan terbentuknya pusat pemerintahan yang memadukan kota yang cerdas (mendukung upaya kreatif/pendekatan teknologi/kita semua dapat membayangkan anak-anak muda kreatif Indonesia menjadi tulang punggung Ibu Kota IKN), dan juga menyajikan kota yang hijau/ramah lingkungan/menyatu dengan karakteristik alam tropis Indonesia yang kaya dengan hutan hujan (menyatu dengan mama, alam pertiwi dalam perspektif Tanah Papua).

Mari menyambut masa depan baru Indonesia, di era Presidensi Prabowo-Gibran dengan dimulainya penanda "denyut nadi" aktivitas kenegaraan di Ibu Kota Pemerintahan Baru di IKN pada perayaan hari kemerdekaan RI ke 79.

Horas.. Maturnuwun.. Wa Wa Wa..

Hormat Kami, Willem Wandik S.Sos (Dewan Pakar Paguyuban TKN Prabowo-Gibran, Ketum MPO DPP GAMKI, Member Of Parliament RI Fraksi PD)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hasil Quick Count Rakata: Demokrat Raih Dua Kursi DPR-RI di Lampung

Jumat Berkah, DPP Partai Demokrat Berikan Surat Tugas kepada H. Syamsudin Uti sebagai Calon Bupati Indragiri Hilir

Anggota DPR Aceh HT Ibrahim ST MM, Caleg DPR-RI dari Demokrat, Politisi yang Melayani Bukan Dilayani