Hari Lingkungan Hidup, Tanah Papua Punya Mama Yaitu Alam yang Suci dan Sakral


Oleh: Willem Wandik S.Sos (Bupati Tolikara)

Hari Kamis, tepatnya 5 Juni 2025, Pemerintah dan Masyarakat di Tanah Papua, Kab. Tolikara untuk pertama kalinya merasakan terbitnya matahari, dibandingkan saudara-saudara kita yang ada di seberang pulau sana, bergeser ke arah barat - menuju Pulau Bali dan Sulawesi, bergeser lagi ke arah barat - menuju Pulau Jawa, dan bergeser ke arah paling barat sana - menuju Pulau Sumatera..

Inilah kuasa alam, inilah hukum alam, dimana titah alam tidak dapat dibantah oleh akal manusia, titah alam tidak dapat diselewengkan oleh manusia.

Hari ini, seluruh dunia, termasuk pemerintah nasional, dan kita di sini, di Lembah Tolikara, di Tanah Injil ini, melalui Pemerintah Kabupaten Tolikara, kita sedang merayakan Hari Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia.

Bagi orang dengan kultur modern, kehidupan mereka yang serba instan, semuanya dihasilkan dari proses produksi dan industri, sesaknya kehidupan perkotaan dengan manusia yang sibuk mencari penghidupan, ada orang yang miskin, ada pula orang yang kaya, diantara orang kaya - ada pula orang yang super kaya.

Namun, batin dan perasaan mereka, tidak tenang, tidak tenteram, karena orang orang modern ini, telah lama kehilangan "alam yang indah", mereka telah lama kehilangan kicauan burung-burung, mereka telah lama kehilangan udara yang sejuk, setiap hari kehidupan mereka stres dengan tuntutan beban hidup - disertai dengan menghirup racun karbondioksida dan setiap hari mereka menelan racun-racun pembakaran dari kawasan industri.

Mereka harus mengeluarkan uang jutaan hingga ratusan juta, bahkan ada yang sampai miliaran, untuk mencari hiburan, mencari ketenangan jiwa, melalui alam-alam buatan di tempat pariwisata yang tidak lagi alami, mereka membayar biaya "healing" untuk sekadar mencari ketenangan hidup di setiap akhir pekan atau masa liburan.

Dan ternyata, dari kehidupan orang orang moderen di perkotaan, kita bisa memetik hikmat pembelajaran, bahwa esensi sejati dari pencarian hidup manusia, baik itu untuk bekerja, baik itu untuk mencari kebutuhan ekonomi, baik itu mencapai kesuksesan dalam hidup dan karier, semua itu bermuara pada satu tujuan yang sama, yaitu mencari nikmat kebahagiaan hidup.

Dan nikmat kebahagiaan hidup itu, sejatinya bukanlah tinggal di gedung gedung pencakar langit, bukanlah tinggal di kota kota besar, melainkan, ketika hati dan jiwa kita kembali dapat menikmati Ketenangan dan kedamaian dari alam.

Oleh karena itu, dalam filsafat hidup Orang Asli Papua (OAP) - alam itu sejatinya adalah MAMA, karena hanya MAMA yang memberikan kehidupan dan cinta yang tulus kepada anak-anaknya. Mengurus sejak dari kandungan sampai kita lahir ke dunia, hingga kita menjadi orang dewasa.

Alam, tanah, pohon-pohon, memberikan manusia sumber penghidupan, memberikan kita makanan, apa yang kita tanam - itu pula yang kita makan. Alam tidak pernah pelit memberikan manusia rezeki yang melimpah, sekalipun terkadang ada anak manusia yang durhaka dan berdosa, merusak alam dan lingkungan yang memberinya makan dan kehidupan.

Berkat alam, manusia tidak perlu takut akan kekurangan makanan, berkat alam, kebutuhan miliaran manusia di dunia ini, masih cukup dan masih dapat terpenuhi.

Sifat alam juga sebagai pelindung manusia, serupa dengan sifat Mama yang selalu menjaga anak-anaknya untuk tetap sehat, dan tumbuh menjadi anak yang baik. Ketika alam terawat dengan baik, gunung - hutan - sungai, dapat dijaga, maka, penerima manfaat terbesarnya adalah umat manusia yang akan menerima manfaat perlindungan dari masa kekeringan, perlindungan dari kelaparan, dan memberikan perlindungan dari penyakit dan bencana.

Oleh karena itu, dalam perayaan Hari Lingkungan Hidup di Kabupaten Tolkara, sebagai bupati, kami mengajak kita semua, untuk menerapkan "rasa takut, rasa khawatir, menerapkan pantangan dan larangan, ketika diri kita sendiri memiliki keinginan atau perbuatan yang hendak merusak alam lingkungan dimana kita tinggal". 

Kabupaten Tolikara dimasa kepemimpinan kami berdua, saya dan Pa Wabup, harus menempatkan instrumen lingkungan hidup dan kebudayaan lokal, sebagai satu kesatuan konsep pembangunan di Tolikara.. Tidak boleh ada yang beranggapan, para pejabat dan kepala dinas di Tolikara, boleh membangun, boleh melakukan apa saja dengan menggunakan Anggaran APBD Daerah atau juga meggunakan dana APBN Nasional, untuk tidak perduli terhadap masalah lingkungan dan kebudayaan di Tolikara.

Lingkungan dan Kebudayaan, merupakan satu kesatuan "senyawa" antara manusia dan alamnya itu sendiri.

Kita tentunya harus bangga, dengan warisan filosofis hidup orang di Lembah Toli, dimana sejak ratusan tahun yang lalu, sebelum orang-orang moderen, mulai menyadari pentingnya hubungan alam dan manusia, kita di Tanah Toli ini, telah lama memilik "believe system/sistem keyakinan warisan leluhur", yang menempatkan hubungan alam dan manusia ke dalam sistem nilai hidup yang mengakar sangat kuat dalam kehidupan sehari hari kita semua.

Ajakan kami selaku Bupati Tolikara, dalam momentum Perayaan Hari Lingkungan Hidup Dunia ini, mari kita tingkatkan penghijauan dan kebersihan di semua lingkungan, dimana kita tinggal, lingkungan dimana kita bekerja, lingkungan dimana kita mendidik anak-anak kita, lingkungan dimana kita Menyembah Tuhan Allah Bapa di gereja-gereja

Melalui momentum ini, saya mengajak kita semua untuk bersikap sopan dan hormat dengan alam, tidak merusak alam, tidak menghancurkan alam, agar alam dan berkat Tuhan, selalu hadir dalam kehidupan kita semua, baik sebagai pemimpin daerah, maupun sebagai pemimpin di lingkungan rumah tangga kita sendiri.

Selamat merayakan Hari Lingkungan Hidup, mari wujudkan Tolikara sebagai Tanah Injil yang sejuk, indah, rapi, bersih, dan hadirnya rasa syukur kepada Allah Bapa atas segala karunia kebaikan yang Tuhan titipkan kepada kita semua di tanah ini.

Wa Wa, Jou Suba, Tabea Tabea, Matur Nuwun, Horas, Ya’ahowu.. 🙏🏽😇😇🙏🏽

Postingan populer dari blog ini

Langkah Gemilang Wakil Ketua DPRK Gayo Lues Fahmi Sahab

Kepala BHPP DPP Partai Demokrat Dr. Muhajir: Kami Wajib Memiliki Loyalitas Tanpa Batas

Dr. H. Nanang Samodra, Anggota DPR-RI 4 Periode yang Tenang dan Penuh Data