Menjawab Efisiensi Anggaran Dengan Langkah Nyata, Pantas Saja Presiden Prabowo Sangat Mengapresiasi Menko AHY
Oleh: Herman Khaeron
(Anggota DPR-RI; Sekretaris Jenderal Partai Demokrat)
Di tengah kebijakan efisiensi anggaran yang ketat, membangun infrastruktur bukan perkara mudah. Dibutuhkan lebih dari sekadar niat baik, diperlukan visi, keberanian mengambil langkah strategis, dan kemampuan menjawab tantangan tanpa menyalahkan keadaan. Inilah yang tengah ditunjukkan oleh Mas Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ketika anggaran infrastruktur dipangkas drastis, tantangannya bukan hanya teknis, melainkan juga strategis dan politis. Namun, Mas Menko AHY tidak mengeluh. Ia menjawabnya dengan kerja konkret: membuka jalur kerja sama internasional, menyiapkan sistem fasilitasi investasi, dan tetap menjaga ritme pembangunan nasional. Satu diantaranya dengan forum International Conference on Infrastructure (ICI) yang berlangsung dua hari di Jakarta International Convention Centre (JICC), 11-12 Juni 2025.
Presiden Prabowo menyampaikan pesan yang sangat jelas: proyek-proyek strategis yang bisa digarap swasta, serahkan ke swasta. Efisiensi bukan berarti berhenti membangun. Dan Mas Menko AHY menangkap arahan ini dengan presisi. Tak lama setelah ICI 2025 digelar, muncul respons positif dari dunia internasional. Rusia membuka peluang kerja sama infrastruktur kemaritiman. Belanda tertarik pada proyek Giant Sea Wall dan pengembangan kota pintar. Bukan hanya wacana, ini adalah bukti konkret bahwa forum internasional tersebut bukan seremoni, melainkan strategi.
Apresiasi dan pujian Presiden Prabowo kepada Mas Menko AHY tegas dan apa adanya. Dan yang lebih penting, itu disampaikan di forum internasional, di hadapan ribuan peserta dari 33 negara dan lembaga keuangan global. Ini sinyal kuat bahwa Indonesia serius membangun dan punya pemimpin muda yang bisa mengartikulasikan visi besar dengan langkah nyata.
Mas Menko AHY tidak hanya tampil cerdas dan tenang, tetapi juga tahu kapan harus tancap gas. Ia memahami bahwa dalam konteks efisiensi, kreativitas adalah kunci. Maka dibentuklah Project Facilitation Office untuk mempermudah investor, mengurangi hambatan birokrasi, dan mempercepat realisasi proyek.
Ini bukan sekadar soal keberlanjutan pembangunan. Seperti disampaikan sendiri oleh Mas Menko AHY, ini soal kedaulatan. Pembangunan infrastruktur bukan hanya soal jalan dan jembatan, melainkan tentang memastikan setiap warga negara punya akses terhadap masa depan yang lebih baik.
Kinerja seperti ini pantas kita apresiasi. Karena di tengah pemangkasan anggaran dan tuntutan efisiensi, yang kita butuhkan bukan alasan, tapi solusi. Dan Mas Menko AHY telah menunjukkan bahwa solusi itu ada, selama kita punya pemimpin sebagai anggota kabinet yang mampu menterjemahkan visi presiden menjadi langkah yang nyata.***