Lazarus Simon Ishak, Berpolitik karena Panggilan Jiwa
Aristoteles, filsuf Yunani era filsafat kuno, pernah mengatakan, politik adalah jalan mewujudkan kebaikan bersama.
Pemahaman itu disadari sepenuhnya oleh Lazarus Simon Ishak, S.H., Anggota DPRD Daerah Khusus Jakarta periode 2024-2029.
Saat ditanya, kenapa ia memilih jalan menjadi politisi, Lazarus punya jawaban singkat dan tegas: ini panggilan jiwa.
Rekam jejak Lazarus yang lahir di Ujung Pandang/Makassar, 8 Juli 1961, memang menunjukkan hal itu.
Lazarus menjadi Anggota DPRD Jakarta setelah memperoleh 10.170 suara hanya dari Kecamatan Tebet (satu dari lima kecamatan di Dapil 8 Jaksel) pada Pemilu Serentak 2024. Jumlah suara itu adalah jumlah suara caleg tertinggi se-Kecamatan Tebet.
Dapil 8 Jaksel meliputi Kecamatan Tebet, Pancoran, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, dan Jagakarsa. Hanya saja, Lazarus memang mengonsentrasikan diri untuk kampanye di Kecamatan Tebet. Kawasan yang memang menjadi tempat tinggalnya.
Begitupun, meski tidak banyak berkampanye di empat kecamatan lainnya, Lazarus tetap memperoleh banyak suara. Total raihan suaranya sangat siginifikan menjadikan Lazarus sebagai Anggota DPRD Jakarta.
Besarnya suara yang diperoleh Lazarus di Tebet, dikarenakan Lazarus dikenal sebagai sosok yang terus menjalin silaturahmi dan hubungan baik dengan masyarakat sejak puluhan tahun lalu. Sejak ia belum berpolitik praktis atau menjadi kader satu partai politik.
Aktivitas Lazarus mendengarkan keluhan masyarakat semakin intens setelah ia menjadi kader Partai Demokrat pada tahun 2003. Padahal, Lazarus tidak sedang mencalonkan diri apalagi menjadi wakil rakyat.
Ketotalan Lazarus sebagai kader terlihat ketika ia menjadi Anggota Pengamanan Khusus (Pamsus) dari Partai Demokrat untuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang maju sebagai Capres di Pilpres 2004.
Kini, saat ditanya, apa strateginya bisa menjadi Anggota DPRD Jakarta?
Lazarus menjawab, ia tidak memiliki strategi yang spesifik. Secara umum strateginya sama dengan caleg-caleg lainnya.
"Keberhasilan itu saya maknai bahwa itu adalah kehendak Tuhan yang oleh kuasa-Nya telah membuka segala kemudahan-kemudahan. Termasuk soliditas tim dan terbangunnya kepercayaan warga untuk memilih saya," Lazarus menyampaikan dalam wawancara tertulis, Rabu (2 Juli).
Kepercayaan masyarakat yang sejatinya terbangun karena aktivis Lazarus mendengar keluhan masyarakat selama puluhan tahun.
Mundur ke belakang, Lazarus masuk Demokrat karena ia sangat tertarik dengan figur dan tokoh sentralnya: Presiden ke-6, penggagas pendirian Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Di Partai Demokrat, Lazarus dibimbing penuh oleh Ketua Partai Demokrat Jakarta (2009-2020) H. Nachrowi Ramli (rekan seangkatan SBY di Akabri/Akmil lulusan 1973).
Ketotalannya membuat langkah politik Lazarus bergerak cepat.
Awalnya Lazarus dipercaya sebagai Kepala Divisi Pembinaan Anggota (DPA) Partai Demokrat DPD Provinsi DKI Jakarta 2010-2015.
Ia lantas menjadi Wakil Ketua BPOKK Partai Demokrat DPD DKI Jakarta 2016-2021.
Kala Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, Lazarus ditarik ke pusat. Ia ditunjuk sebagai Kepala Biro Penanggulangan Bencana DPP Partai Demokrat (2020-2025).
Pada periode ke-2 sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, AHY kembali mengajak Lazarus bergabung di kepengurusannya sebagai Sekretaris Institut Partai Demokrat DPP Partai Demokrat (2025-2030).
Saat ini, dalam kapasitas sebagai politisi dan Anggota DPRD Jakarta, Lazarus menyampaikan ingin sepenuhnya memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
"Saya ingin selalu tetap hadir di tengah-tengah warga di Dapil untuk menjalin serta menjaga tali silaturahmi dan ingin dapat berbuat kebaikan-kebaikan bagi masyarakat," ujar suami satu istri dan ayah empat anak tersebut.
Memang, bagi Lazarus, pengalaman paling berkesannya sebagai politisi ketika ia dapat menyenangkan hati orang lain. Apalagi saat apa yang menjadi aspirasi masyarakat dapat diperjuangkannya.
"Semoga dalam menjalankan tugas-tugas saya ini, kiranya Tuhan senantiasa memberikan saya kekuatan, hikmat serta kemampuan," Lazarus mengakhiri pernyataannya dengan doa.***
(Didik L. Pambudi)